TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
MAKALAH DIABETES MELITUS
Dosen
pengampu : Edi sampurno
Di Susun
Oleh :
ALFIANTY M. SIOLIMBONA
090100398
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
STIKES ALMA ATA
YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Tn. Amir
menderita DM tipe 2 datang ke rumah sakit dengan keluhan luka di tumit kaki
sebelah kiri, sudah satu bulan tidak sembuh-sembuh diinformasi oleh dokter
tentang diagnosa penyakit, Tn. Amir
kebingunan karena tidak mengerti apa penyakitnya.
B.
Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengerti ap itu DM ?
2. Agar mahasiswa tahu mekanisme dari DM ?
3. Agar mahasisiwa dapat mengerti penyebab-penyabab apa
saja dapat menimbulkan DM ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Berikut ini dikemukakan
beberapa pengertian mengenai Diabetes Melitus oleh beberapa orang ahli,
diantaranya :
1.
Diabetes melitus adalah
penyakit kronis metabolisme abnormal yang memerlukan pengobatan seumur hidup
dengan diet, latihan, dan obat-obatan (Carpenito, 1999 : 143).
2.
Diabetes melitus merupakan
suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan (1) kelainan metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak dan (2) berkembangnya komplikasi makrovaskuler,
mikrovaskuler dan neurologis (Long, 1996 : 4)
3.
Diabetes melitus adalah
gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang
diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan insulin
(Tucker et all, 1992 : 401).
4.
Dibetes melitus adalah
gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan
manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price dan Wilson, 1992 :
1111)
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, saya dapat
menarik kesimpulan bahwa diabetes melitus adalah penyakit kronis yang ditandai
dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang disebabkan oleh
defisiensi insulin relatif atau absolut.
B.
Anatomi dan Fisiologi
1.
Anatomi Pankreas
Menurut Price dan Wilson
(1992 : 430-431) pankreas merupakan organ yang panjang dan ramping. Panjangnya
sekitar 6 inci dan lebarnya 1,5 inci. Pankreas terletak retroperitoneal dan
dibagi dalam 3 segmen utama : kaput, korpus dan kauda. Kaput terletak pada
bagian cekung duodenum dan kauda menyentuh limpa.
Pankreas dibentuk dari 2
sel dasar yang mempunyai fungsi sangat berbeda. Sel-sel eksokrin yang
berkelompok-kelompok disebut asini menghasilkan unsur-unsur getah pankreas.
Sel-sel endokrin atau pulau Langerhans menghasilkan sekret endokrin, insulin
dan glukagon yang penting untuk metabolisme karbohidrat.
Pankreas merupakan kelenjar
kompleks alveolar. Secara keseluruhan pankreas menyerupai setangkai anggur,
cabang-cabangnya merupakan saluran yang bermuara pada duktus pankreatikus utama
(duktus Wirsungi). Saluran-saluran kecil dari tiap asinus mengosongkan isinya
ke saluran utama. Saluran utama berjalan di sepanjang kelenjar, sering bersatu
dengan duktus koledokus pada ampula Vater sebelum masuk ke duodenum. Saluran
tambahan, duktus Santorini, sering ditemukan berjalan dari kaput Pankreas masuk
ke duodenum, sekitar 1 inci di atas papila duodeni.
2.
Konsep Fisiologis Pankreas
Menurut Corwin (1996 : 538
– 541), konsep fisiologis pankreas dibagi 2 yaitu :
ü Fungsi Eksokrin Pankreas
1)
Sekresi Enzim Pankreas
Sekresi enzim-enzim
pankreas terutama berlangsung akibat perangsangan pankreas oleh kolesistokinin
(CCK), suatu hormon yang dikeluarkan oleh usus halus.
2)
Sekresi Natrium bikarbonat
Natrium bikarbonat
dikeluarkan dari sel-sel asinus ke usus halus, sebagai respon terhadap hormon
usus halus untuk menetralkan kimus yang asam karena enzim-enzim pencernaan
tidak dapat berfungsi dalam lingkungan asam.
ü Fungsi Endokrin Pankreas
Fungsi endokrin pankreas
adalah memproduksi dan melepaskan hormon insulin, glukagon dan somatostatin
yaitu oleh pulau Langerhans.
1)
Sekresi insulin
Insulin merupakan suatu hormon
yang menurunkan glukosa darah (Price dan Wison, 1996 : 1109) dilepaskan pada
suatu tingkat/kadar basal oleh sel-sel beta (b) pulau Langerhans.
Rangsangan utama untuk pelepasan insulin di atas kadar basal adalah peningkatan
kadar glukosa darah , hal ini merangsang sekresi insulin dari pankreas dengan
cepat meningkat dan kembali ke tingkat basal dalam 2-3 jam. Insulin adalah
hormon utama pada stadium absorptif pencernaan yang muncul segera setelah
makan. Di antara waktu makan, kadar insulin rendah.
Insulin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor insulin yang terdapat di sebagian besar sel tubuh untuk menyebabkan peningkatan transportasi glukosa (yang diperantarai oleh pembawa) ke dalam sel. Setelah berada di dalam sel, glukosa dapat segera dipergunakan untuk menghasilkan energi melalui siklus Krebs, atau dapat disimpan di dalam sel sebagai glikogen, sewaktu glukosa dibawa masuk ke dalam sel, kadar glukosa darah menurun. Insulin adalah hormon anabolik (pembangun) utama pada tubuh dan memiliki berbagai efek. Insulin meningkatkan transportasi asam amino ke dalam sel, merangsang pembentukan protein serta menghambat penguraian simpanan lemak, protein dan glikogen. Insulin juga menghambat glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) oleh hati.
Insulin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor insulin yang terdapat di sebagian besar sel tubuh untuk menyebabkan peningkatan transportasi glukosa (yang diperantarai oleh pembawa) ke dalam sel. Setelah berada di dalam sel, glukosa dapat segera dipergunakan untuk menghasilkan energi melalui siklus Krebs, atau dapat disimpan di dalam sel sebagai glikogen, sewaktu glukosa dibawa masuk ke dalam sel, kadar glukosa darah menurun. Insulin adalah hormon anabolik (pembangun) utama pada tubuh dan memiliki berbagai efek. Insulin meningkatkan transportasi asam amino ke dalam sel, merangsang pembentukan protein serta menghambat penguraian simpanan lemak, protein dan glikogen. Insulin juga menghambat glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) oleh hati.
2)
Sekresi glukagon
Glukagon adalah suatu
hormon protein yang dikeluarkan oleh sel-sel alpha (a) pulau Langerhans sebagai respon terhadap kadar
glukosa darah yang rendah dan peningkatan asam amino plasma. Glukagon adalah
hormon stadium pascaabsorptif pencernaan, yang muncul dalam masa puasa di
antara waktu makan. Fungsi hormon ini terutama adalah katabolik (penguraian).
Glukagon merangsang penguraian lemak dan pelepasan asam-asam lemak bebas ke
dalam darah, untuk digunakan sebagai sumber energi selain glukosa.
3)
Sekresi Somatostatin
Somatostatin disekresikan
oleh sel-sel delta (d) pulau Langerhans. Hormon
ini mengotrol metabolisme dengan menghambat sekresi insulin dan glukagon.
C.
Patofisiologi
1.
Diabetes Melitus Tipe I (
Diabetes Melitus Dependent Insulin/DMDI )
Diabetes melitus tipe I
adalah penyakit hiperglikemi akibat ketiadaan absolut insulin, biasanya
dijumpai pada orang yang tidak gemuk dan berusia kurang dari 30 tahun .
Diabetes tipe I diperkirakan timbul akibat destruksi otoimun sel-sel beta pulau
Langerhans yang dicetuskan oleh lingkungan. Individu yang peka secara genetik
tampaknya memberikan respon dengan memproduksi antibodi terhadap sel-sel beta,
yang akan mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin yang dirangsang oleh
glukosa. Juga terdapat bukti adanya peningkatan antibodi-antibodi terhadap
sel-sel pulau Langerhans yang ditujukan terhadap komponen antigenik tertentu
dari sel-sel beta. Mungkin juga bahwa para individu yang mengidap diabetes tipe
I memiliki kesamaan antigen antara sel-sel beta pankreas mereka dengan virus
atau obat tertentu, sehingga sistem imun gagal mengenali bahwa sel-sel pankreas
adalah “diri” atau self (Gambar 2.3) (Corwin, 1996 : 543 )
2.
Diabetes Melitus Tipe II
(Diabetes Melitus Non Dependent Insulin/DMNDI)
DM tipe II tampaknya
berkaitan dengan kegemukkan. Selain itu, pengaruh genetik yang menentukan
kemungkinan seseorang mengidap penyakit ini, cukup kuat. Mungkin pula bahwa
individu yang menderita diabetes tipe II menghasilkan antibodi insulin yang
berikatan dengan reseptor insulin, menghambat akses insulin ke reseptor, tetapi
tidak merangsang aktivitas pembawa.
Individu yang mengidap
diabetes tipe II tetap menghasilkan insulin. Namun sering terjadi kelambatan
dalam ekskresi setelah makan dan berkurangnya jumlah insulin yang dikeluarkan.
Hal ini cenderung semakin parah seiring dengan pertambahan usia pasien. Sel-sel
tubuh, terutama sel otot dan adiposa, memperlihatkan resistensi terhadap
insulin yang terdapat dalam darah.Pembawa glukosa tidak secara adekuat
dirangsang dan kadar glukosa darah meningkat. Hati kemudian melakukan
glukoneogenesis, serta terjadi penguraian simpanan trigliserida, protein, dan
glikogen untuk menghasilkan sumber bahan bakar alternatif. Hanya sel-sel otak
dan sel darah merah yang terus menggunakan glukosa sebagai sumber energi
efektif. Karena masih terdapat insulin, maka individu dengan diabetes tipe II
jarang hanya mengandalkan asam-asam lemak untuk menghasilkan energi dan tidak
rentan terhadap ketosis.
3.
Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional
terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. Sekitar 50 %
wanita pengidap kelainan ini akan kembali ke stastu nondiabetes setelah
kehamilan berakhir. Penyebab diabetes gestasional dianggap berkaitan dengan
peningkatan kebutuhan energi dan kadar estrogen dan hormon pertumbuhan yang
teru-menerus tinggi selama kehamilan.
D.
Gambaran Klinis Diabetes Melitus
Menurut Corwin (1996 : 546
– 547), terdapat 5 buah gambaran klinis dari DM, yaitu :
1.
Polifagia (peningkatan rasa
lapar) akibat keadaan pascaabsorptif yang kronik, katabolik protein dan lemak,
dan kelaparan relatif sel-sel. Sering terjadi penurunan berat badan.
2.
Polidipsia (peningkatan
rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air yang
menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi
ekstrasel. Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH dan menimbulkan rasa
haus
3.
Poliuria (peningkatan
pengeluaran urin), pada orang nondiabetes, semua glukosa yang difiltrasi ke
dalam urin akan diserap secara aktif kembali ke dalam darah.
Pengangkut-pengangkut glukosa di ginjal yang membawa glukosa keluar urin untuk
masuk kembali ke darah akan mengalami kejenuhan dan tidak dapat mengangkut
glukosa lebih banyak. Karena glukosa di dalam urin memiliki aktivitas osmotik,
maka air akan tertahan di dalam filtrat dan diekskresikan bersama glukosa dalam
urin sehingga terjadi poliuria.
4.
Rasa lelah dan kelemahan
otot akibat katabolisme protein di dalam otot dan ketidakmampuan sebagian besar
sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
5.
Peningkatan angka infeksi
akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mukus, gangguan fungsi imun,
dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
E.
Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus (American
Diabetes Association 1997)
Secara ilmiah, penyebab diabetes dapat
dikarenakan kurangnya produksi zat insulin atau kurang sensitifnya jaringan
tubuh terhadap zat insulin. Hal ini akan mengakibatkan kadar glukosa pada
makanan tidak dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh. Akibatnya kadar gula
dalam darah akan terus meningkat.
Mengapa tubuh seseorang
tidak dapat mengeluarkan atau tidak senseitif lagi terhadap zat insulin dan
akhirnya dinyatakan positif
diabetes?
Dr
Kamandanu menjelasakan bahwa
penyakit diabetes disebabkan oleh 2 hal yaitu, kelebihan mengonsumsi gula
sehingga terjadi kenaikan gula darah dalam tubuh atau karena faktor keturunan -diabetes termasuk jenis penyakit
yang menurun.
Gaya
hidup yang tidak sehat dan pola makan yang buruk dapat
menjadikan pemicunya. Karena pola makan yang tidak baik menyebabkan tidak ada
keseimbangan antara karbohidrat dan kandungan lain yang dibutuhkan oleh tubuh
kita. Akibatnya kandungan gula dalam tubuh jadi tinggi melebihi kapasitas kerja
pankreas. Atau bisa juga dari konsumsi makanan dan minuman yang tidak bersih
dan di masak secara sembarangan.
Diabetes
juga dapat disebabkan oleh faktor keturunan (gen). Jika orang tua kita menderita diabetes, kemungkinan besar kita juga akan terkena resiko diabetes. Karena penyakit ini
menurun lewat gen. Jadi jika orang tua kita ada riwayat diabetes kita harus berhati-hati agar kita
tidak terkena penyakit ini- kita harus menjaga tubuh dengan pola hidup sehat,
mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula secukupnya.
Penyebab-penyebab diabetes diuraikan
secara lebih lengkap oleh Dr.
Ahani dalam blognya. Berikut sebagian
tulisan Dr. Ahani yang
dikutip gambar_hidup agar Anda dapat lebih memahami secara lengkap.
Penyebab
diabetes mellitus sebenarnya bisa
dengan berbagai macam cara misalnya:
1.
Genetik
atau Faktor Keturunan
Diabetes
mellitus cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan
ditularkan. Anggota keluarga penderita
DM (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini
dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin.
Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum
perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
2.
Virus
dan Bakteri
Virus
penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta,
virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini
menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam
sel beta. Diabetes mellitus akibat
bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.
3.
Bahan
Toksik atau Beracun
Bahan
beracun yang mampu merusak sel beta secara
langsung adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk
dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong.
4.
Nutrisi
Nutrisi
yang berlebihan (overnutrition) merupakan
faktor resiko pertama yang diketahui menyebabkan DM. Semakin berat badan berlebih atau obesitas akibat
nutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan seseorang terjangkit DM
F.
Skema terjadinya DM
G.
Pohon Masalah Dari DM
H.
Rumuskan Masalah Keperawatan Dengan Pendekatan Proses
Keperawatan
I.
Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan
1.
Assesment/Pengkajian
Pengkajian adalah tahap
awal dari proses keperawatan and merupakan suatu proses ayng sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Iyes et all, 1996 : 17)
Menurut Rumahorbo (1996 :
105-105), pada klien dengan diabetes; tipe diabetes, kondisi klien, dan rencana
pengobatan adalah pengkajian yang harus dilakukan. Pengkajian secara detail
adalah sebagai berikut :
ü Riwayat atau adanya faktor risiko :
Riwayat keluarga tentang
penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih
dari 4 kilo, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma,
infeksi,.penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiazid, dan
kontrasepsi oral).
ü Kaji terhadap manifestasi DM
Poliuri, polidipsi,
polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan
penglihatan, peka rangsang dan kram otot.
ü Pemeriksaan Diagnostik
Tes Toleransi Glukosa
(TTG), gula darah puasa (FBS), glikohemoglobin HbA1c, urinalisis, kolesterol
dan kadar trigliserin. Diagnosis DM dibuat bila gula darah puasa di atas 140
mg/dL selama 2 atau lebih kejadian dan pasien menunjukkan gejala-gejala DM.
Juga diagnosis dapat dibuat bila contoh TTG selama periode 2 jam dan periode
lainnya (30 menit, 60 menit atau 90 menit) melebihi 200 mgh/dL.
ü Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan,
pemeriksaan diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
ü Kaji perasaan klien tentang kondisi.
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah
suatu pernyataan yang menjelaskan respon (status kesehatan/respon perubahan
pola), dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2000 : 35).
Pengertian yang lain dari Diagnosa Keperawatan dikemukakan oleh Gordon (1976)
yaitu masalah kesehatan aktual dan potensial dimana berdasarkan pendidikan, dan
pengalamannya, dia mampu dan mempunyai kewenangan untuk memberikan tindakan
keperawatan.
3.
Diagnosa keperawatan dibuat
berdasarkan analisa data pasien. Berikut adalah beberapa diagnosa keperawatan
yang terdapat pada klien dengan DM (Hotma Rumahorbo, SKp, 1997 : 106) :
ü Defisit volume cairan.
ü Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
ü Risiko tinggi terhadap infeksi.
ü Risiko tinggi terhadap perubahan sensorik perseptual.
ü Keletihan.
ü Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan.
ü Ketidakberdayaan.
ü Risiko terhadap inefektif penatalaksanaan regimanb
terapeutik (individual).
4.
Rencana Tindakan
Keperawatan
Rencana Keperawatan
diartikan sebagai suatu dokumentasi tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah,
tujuan, dan intervensi.
Berikut ini akan dipaparkan
beberapa rencana tindakan keperawatan dari 2 buah diagnosa yang sering muncul.
ü Diagnosa Keperawatan
Kurang pengetahuan mengenai
penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan
1)
Klien akan :
o Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit
o Mengidentifikasi hubungan tanda atau gejala pada
proses penyakit dan menghubungakan gejala dengan faktor penyebab.
o Dengan benar melakukan prosedur yang bdiperlukan dan
menjelaskan rasional tindakan.
o Melakukan perubahan gaya hidup yang diperlukan dan
berpartisipasi dalam program pengobatan.
2)
Intervensi :
o Ciptakan lingkungan saling percaya dan bekerja dengan
pasien dalam menata tjuan belajar yang diharapkan.
o Pilihlah berbagai strategi belajar dan diskusikan
topik-topik penting.
o Dislusikan tentang rencana diet.
o Reviuw regimen pengobatan dan pemberian insulin mandiri
serta perawatan peralatan.
o Pemeriksaan gula darah setiap hari, buat jadwal
latihan/ aktiovitas yang teratur.
o Identifikasi gejala hipoglikemi dan instruksikan
pentingnya perawatan kaki.
o Tekankan pentingnya pemeriksaan mata.
o Diskusikan mengenai fungsi seksual dan identifikasi
sumber-sumber yang bada di masyarakat.
ü Diagnosa Keperawatan 2
Ketidakberdayaan yang
berhubungan dengan penyakit jangka panjang atau progresif yang tidak dapat
disembuhkan, ketergantungan dengan orang lain :
Tujuan
1)
Klien akan :
o Mengakui perasaan putus asa.
o Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi
perasaan.
o Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan
secara mandiri mengambil tanggungjawab untuk aktivitas perawatan diri.
2)
Intervensi :
o Anjurkan pasien/keluarga untuk menekspresikan
perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakit secara umum, akui
normalitas perasaan.
o Identifikasi lokus kontrol dan berikan kesempatan pada
orang terdekat untuk mengekspresikan kekuatirannya.
o Pertegas tujuan/harapan dan tentukan apakah telah
terjadi perubahan hubungan dengan orang terdekat.
o Beri dorongan untuk membuat kepoutusan yang
berhubungan dengan perawatan.
o Dukung partisipasi dalam perawatan diri dan berikan
umpan balik positif untuk upaya yang dilakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar